Minggu, 11 November 2012

Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


     Pancasila adalah ideologi yang terbuka. Apakah arti keterbukaan ideologi Pancasila itu, apa faktor-faktor yang mendorong keterbukaannya, dan apakah tidak mengandung bahaya bagi kelestariannya, serta apa batas-batas keterbukaan ideologi Pancasila?
Jelaskan pokok-pokok pikiran anda!
     Menurut saya arti Pancasila sebagai ideologi tebuka adalah bahwa nilai dasarnya tetap, namun penjabarannya dapat dikembangkan secara kreatif dan dinamis sesuai dengan kebutuhan dinamika perkembangan masyarakat Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa dalam Pancasila terdapat tiga nilai, yaitu:
1)      Nilai dasar
2)      Nilai instrumental
3)      Nilai praktis
Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang sedikit banyak mutlak. Maksudnya, kita menerima nilai dasar sebagai suatu hal yang tak dapat dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar tersebut adalah sebagai berikut.
1)      Keimanan dan Ketaqwaan  terhadap Tuhan YME
2)      Keadilan
3)      Keberadaban
4)      Persatuan
5)      Mufakat
6)      Kesejahteraan
7)      Kebebasan
     Ada beberapa faktor yang mendorong pemikiran mengenai Pancasila sebagai idelogi terbuka, pertama, yaitu kenyataan bahwa dalam proses pembangunan nasional, dinamika masyarakat berkembang sangat cepat. Tidak selalu jawabannya kita temukan secara ideoligis dalam pemikiran-pemikiran ideologi kita sebelumnya. Misalnya, tendensi globalisasi ekonomi yang merupakan ciri khas dari dunia pada akhir abad ke-20. Kedua, kenyataan bangkrutnya ideologi tertutup seperti marxismeleninisme/komunisme. Ideologi tertutup adalah ideologi yang sudah merasa mempunyai jawaban terhadap kehidupan ini, sehingga yang perlu dilakukan adalah hanya melaksanakannya. Ketiga, pengalaman sejarah polotik yang pernah dialami bangsa kita masa lampau pada waktu pengaruh ideologi komunisme sangat kental karena pengaruh ideologi komunisme  yang pada dasarnya bersifat tertutup, Pancasila pernah merosot menjadi semacam keyakinan tertentu yang sangat kaku.
     Inti pandangan tersebut adalah bahwa suatu kenyataan yang tak terbantahkan yakni perubahaan kehidupan dewasa ini yang terjadi sangat cepat. Perubahan-perubahan yang sangat cepat itu antara lain karena kemajuan teknologi informasi dan komunikasiyang telah memberikan berbagai akses kemudahan bagi manusia sebagai pengguna.
     Alasan penerimaan kita terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka, tentu saja dibutuhkan sikap dan perbuatan yang sesuai atau mendukung akan karakteristik Pancasila sebagai ideologi terbuka. Beberapa contoh sikap perbuatan itu di antaranya sebagai berikut.
1)      Tetap kritis dalam mencermati dan menyikapi segala permasalahan yang mengemuka pada dewasa ini, dengan berpegang teguh kepada nilai-nilai Pancasila.
2)      Tidak terlena kepada modernisasi barat yang cukup menjanjikan namun penuh perangkap. Nilai-nilai agama dan Pancasila merupakan alat media filter yang sangat tepat agar tidak terjerumus kepada dampak-dampak negatif modernisasi tersebut.
3)      Berpikir positif dalam menanggapi perbedaan pendapat yang terjadi. Dengan cara demikian akan terhindar dari perpecahaan dalam kehidupan masyarakat.
4)      Selektif dalam menerima semua informasi yang datang. Hal ini dimaksud agar tidak terjebak kepada informasi yang menyesatkan yang secara nyata melanggar nilai-nilai ideologi Pancasila.
5)      Mewaspadai munculnya ancaman bahaya-bahaya laten yang tetap manjadi ancaman serius terhadap pengalaman Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
      Alasan penerimaan Pancasila sebagai ideologi terbuka sebenarnya tidak mengandung bahaya bagi kelestariannya karena kita mempunyai batasan-batasan tertentu agar informasi, pendapat, dan budaya yang datangnya dari luar bisa kita terima dengan ketentuan yang berlaku. Keterbukaan ideologi Pancasila ada batas-batasnya yang tidak boleh dilanggar, yaitu sebagai berikut.
1.      Stabilitas nasional yang dinamis.
2.      Larangan terhadap ideologi marxisme, leninisme dan komunisme.
3.      Mencegah berkembangnya paham liberal.
4.      Larangan terhadap pandangan ekstrim yang mengelisahkan kehidupan masyarakat.
5.      Penciptaan norma yang baru harus melalui konsensus.

Cara Membuat Topeng Dari Bahan Koran


Asal ketik kali ini akan diuraikan bagaimana cara membuat topeng dengan menggunakan bahan dasar koran bekas yang kemudian diolah menjadi bubur kertas. Caranya adalah sebagai berikut ;
1. Siapkan alat dan bahan antara lain ; plastisin, kertas koran, lem fox, karton ukuran 30x30cm, kuas cat lukis, ember plastik, blender.
2. Buatlah model karakter wajah yang diinginkan dengan menggunakan plastisin diatas karton, karton ini berfungsi sebagai tatakan plastisin agar fleksibel dalam proses pengerjaannya.
3. Setelah model terbentuk potonglah koran bekas menjadi bagian-bagian kecil dan kemudian rendam didalam ember plastik selama 20 - 30 menit.
4. Langkah selanjutnya adalah menghaluskan potongan-potongan koran bekas yang telah direndam tadi dengan menggunakan blender. Masukan sedikit demi sedikit potongan-potongan tersebut sambil sesekali dimasukan juga lem fox sebagai penguat topeng jika telah mengering nanti.
5. Setelah dirasakan cukup halus, siapkan model dan kuas cat lukis.
6. Lumuri model dengan menggunakan bubur kertas secara tipis-tipis menggunakan kuas cat lukis, kemudian tutup dengan tissue dan keringkan . Ulangi proses ini sampai ketebalan topeng dirasakan cukup.
7. Setelah ketebalan topeng dirasakan cukup tebal dan telah dikeringkan, maka topeng dari bubur kertas siap ditreatment, apakah mau dihias dengan ornamen atau ditambahkan aksesoris sebagai pemanis karya tersebut.
8. Proses kreativitas selesai, nah mudah bukan, selamat mencoba dirumah! \m/ :)

Pengaruh Kebudayaan Terhadap Pembelian dan Konsumsi


     Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
     Pertanyaan sentral bagi pemasar: Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap berbagai usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Perusahaan benar−benar memahami bagaimana konsumen akan memberi responterhadap sifat-sifat produk, harga dan daya tarik iklan yang berbeda mempunyai keunggulan besar atas pesaing.
     Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, sub-budaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak sub-budaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
     Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja. Ketika kita ditanya kenapa kita melakukan sesuatu, kita akan otomatis menjawab, “ya karena memang sudah seharusnya seperti itu”. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang memperlihatkan pengaruh budaya dalam perilaku kita. Barulah ketika seseorang berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa budaya telah membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya yang dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya yang berbeda. Misalnya, di budaya yang membiasakan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi akan merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang baik bila dibandingkan dengan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari. Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang mereka miliki. Dan, setiap individu akan mempersepsi dunia dengan kacamata budaya mereka sendiri.
     Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.
     Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
     Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut.

Sabtu, 10 November 2012

PEMBELIAN


     Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2044, p.547) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Bentuk proses pengambilan keputusan tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
1.   Rencana pembelian, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya.
2. Sebagian rencana pembelian, bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran, dapat dipengaruhi oleh discount harga atau displayproduk.
3. Unplanned Purchase, baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat mengingatkan seseorang akan kebutuhan dan memicu pembelian (Engel, F. James, et.al , 2001, pp.127-128)
 
      Berdasarkan landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
a)      Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategi, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.
b)      Faktor internal
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.
       Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian suatu produk yaitu perilaku konsumen menurut Schiffman, Kanuk (2004, p. 8) adalah perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam pencarian akan pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penggantian produk dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah :
1.   Faktor Sosial
 a. Kelompok
Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups (keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan profesional dan serikat dagang). (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp. 203-204).
b. Pengaruh keluarga
Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian produk dan servis yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh yang besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.204).
c. Peran dan status
Seseorang memiliki beberapa kelompok seperti keluarga, perkumpulan-perkumpulan, organisasi. Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat (Kotler, Amstrong, 2006, p.135).
2. Faktor Personal
a. Situasi ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian pada
suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006, p.137).
b. Gaya hidup
Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler, Amstrong, 2006, p.138)
c. Kepribadian dan konsep diri
Personality adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah beradaptasi, agresif (Kotler, Amstrong, 2006, p.140). Tiap orang memiliki gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan konsep diri tersebut (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.212).
d. Usia
Orang-orang merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur, membeli juga dibentuk oleh family life cycle. Faktor-faktor penting yang berhubungan dengan umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-orang yang menentukan strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk atau servis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.205-206)
e. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja konstruksi sering membeli makan siang dari catering yang datang ke tempat kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji terdekat (Kotler, Bowen,Makens, 2003, p. 207).
    3. Faktor Psikologis
a. Motivasi
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan
 paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214).
b. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.215).
c. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa
 depan dalam situasi yang sama (Schiffman, Kanuk, 2004, p.207).
d. Keyakinan dan sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006, p.144). Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler, Amstrong, 2006, p.145).
    4. Faktor Budaya
Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.129). Penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Culture, mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi,
keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah
lingkungan. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.201-202).
a. Cabang kebudayaan
Sekelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan persamaan pengalaman hidup dan keadaan, seperti kebangsaan, agama, dan daerah (Kotler, Amstrong, 2006, p.130). Meskipun konsumen pada negara yang berbeda mempunyai suatu kesamaan, nilai, sikap, dan perilakunya seringkali berbeda secara dramatis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.202).
b. Kelas sosial
Pengelompokkan individu berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan juga oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.132).